Pentingnya Belajar Logika Berpikir di Negara Demokrasi


Tadi saya iseng-iseng kasih pertanyaan logika sederhana di story WhatsApp yang salah satunya kira-kira gini:

Premis:
1. Paus adalah ikan.
2. Ikan bernafas dengan insang

Kesimpulan: Paus bernafas dengan insang.

Pertanyaan: apakah kesimpulan di atas sudah benar?

Nah, setelah menunggu beberapa menit, akhirnya mulai ada yang menjawab. Dan seperti tebakan saya, akan selalu ada yang menjawab tidak sesuai kunci jawaban. Hehe.

Jawaban atas pertanyaan di atas kalau menurut aturan logika adalah BENAR. Sedangkan kalau menurut realitas adalah SALAH.

Sebelumnya, saya akan meluruskan bahwa paus itu bukan termasuk ikan, melainkan mamalia. Jadi secara kenyataan, kesimpulan di atas sudah jelas SALAH. Nah, tapi kenapa logikanya tetap BENAR?

Jadi begini, dalam aturan logika itu tidak memandang realitas atau kenyataan yang ada. Jadi bodoamat lah paus itu ikan apa bukan, yang penting kalau kesimpulannya sudah sesuai premis ya pasti BENAR.

Beda kalau kita menarik kesimpulan sesuai kenyataan/realitas yang ada maka kesimpulan di atas sudah jelas SALAH.

Gitu ya cara mainnya. Untuk mengetahui isi dari premis itu salah atau benar dalam realitasnya, itu termasuk kemampuan mengkategorisasi.

Jadi, apa sih pentingnya belajar aturan logika kayak gini?

Coba bayangkan, jika penarikan logika kita masih suka salah-salah, maka keputusan yang kita ambil di kehidupan sehari-hari cenderung banyak salahnya juga.

Kalau kepentingan pribadi mah gak terlalu merugikan orang lain ya. Tapi bagaimana kalau banyak orang yang kemampuan berlogikanya masih kurang dan itu berdampak saat pemilihan umum.

Imbasnya, banyak suara yang muncul atas dasar tidak jelas, cenderung asal pilih, atau bahkan milih karena habis dikasih sembako atau uang aja. Padahal gak tau apa sih visi yang diusung dari calon tersebut.

Alhasil, yang sudah berpikir logis pun kena imbasnya, gak hanya yang asal pilih aja. Ya soalnya seorang pemimpin di suatu daerah kan sifatnya universal.

Gak hanya pemilihan umum ya, tapi hal sederhana seperti menyerap informasi dari media, kalau gak pinter berlogika dan asal terima aja, maka sangat mudah untuk kena hoaks atau info-info yang gak bener.

Lebih parahnya mudah dihasut oleh bacaan-bacaan yang sebenernya cuma bersifat trik logika aja. Terkesan benar, tapi sebenernya salah. Maka gak heran, banyak orang yang saling ngotot memperdebatkan sesuatu yang sebenernya jelas-jelas salah.

Dan lebih umum lagi, misal ada orang baik, tapi cara berlogikanya masih kacau, maka ya bisa aja terlihat jahat.

Kenapa? Karena keputusan yang dia ambil cenderung berdasarkan logika yang asal. Niatnya baik, malah terlihat jahat oleh orang lain karena masih cacat dalam berlogika. Duh, jangan sampe kita kayak gini ya.

Kalau mau ngulik lebih dalam lagi, bisa baca-baca buku yang membahas tentang logika atau filsafat, biar lebih tercerahkan lagi. Banyak kok rekomendasinya di internet.

Atau bisa cek channel Life Education kayak Satu Persen, cek aja di Youtube dan cari playlist critical thinking dan logical reasoning. InsyaAllah juga cukup membantu mengetahui dasar-dasar berpikir.

Berlogika ini kayaknya sepele, tapi kalau gak ngerti dasarnya sama sekali ya bahaya. Apalagi di negara demokrasi kayak Indonesia ini yang semua masyarakatnya dibebaskan untuk berpendapat. 

Bayangkan saja, bagaimana nasib kita kalau masih melakukan kecacatan berpikir? Hm, imbasnya banyak banget. Dan kebanyakan memang buruk-buruk. Gak hanya ke diri kita, tapi ke orang lain. Duh ngeri ya!

Semoga bermanfaat.

Pentingnya Belajar Logika Berpikir di Negara Demokrasi Pentingnya Belajar Logika Berpikir di Negara Demokrasi Reviewed by David Aji Pangestu on 7/30/2020 10:12:00 AM Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.