Berapa Nilai Rapor untuk Masuk UGM?


Hai, namaku David Aji Pangestu. Aku sekarang lagi menempuh pendidikan S1 Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan di UGM. Akhir-akhir ini, banyak banget yang tanya ke aku, “Kak, nilai rapor segini bisa masuk UGM, nggak?”

Untuk menjawab ini, aku jelaskan sedikit tentang jalur masuk yang ada di UGM. Secara umum, jalur masuknya ada lima, yaitu:

  1. Penelusuran Bibit Unggul (PBU)

  2. SNMPTN

  3. International Undergraduate Program (IUP)

  4. SBMPTN

  5. UTUL UGM (jalur mandiri yang ada di UGM)

Secara ringkas, bisa aku katakan bahwa PBU dan SNMPTN adalah jalur nilai rapor. Jadi, tidak ada tes lagi. Walaupun sebenarnya berbeda, tetapi untuk lolos di kedua jalur ini nilai pendukung seperti prestasi yang dibuktikan dengan sertifikat dan portofolio sekolah sangat memengaruhi.

Sedangkan untuk IUP, SBMPTN, dan UTUL UGM adalah jalur masuk yang ada di UGM melalui jalur tes.

Namun, untuk tahun 2020 ada pengecualian untuk UTUL UGM. Yang tahun-tahun sebelumnya dilaksanakan dengan ujian langsung secara terpisah, namun untuk tahun 2020 jalur ini menggunakan kombinasi nilai rapor dan nilai UTBK sebagai cara menyeleksi pendaftar.

Nah, untuk IUP, seperti namanya ditujukan untuk calon mahasiswa yang ingin mendaftar di kelas internasional. Untuk jalur ini terbuka untuk calon mahasiswa dari Indonesia maupun dari luar negeri. Aku belum pernah mendaftar sendiri di jalur ini. Oleh karena itu, silakan langsung merujuk ke um.ugm.ac.id untuk mendapatkan informasi yang valid.

Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, urutan pelaksaan jalur masuk yang ada di UGM persis seperti daftar yang aku buat tadi.

Nah, sekarang kembali lagi ke pertanyaan, “Kak, nilai rapor segini bisa masuk UGM, nggak?”

Jujur, ini pertanyaan yang sulit. Jawabannya bukan ya atau tidak. Akan tetapi, relatif.


Sistem yang digunakan untuk masuk perguruan tinggi adalah sistem seleksi. Siapa yang nilainya lebih unggul, maka itulah yang lolos. Berbeda dengan ujian sekolah. Jika nilai kamu dan temanmu sama-sama bagus, maka dua-duanya akan ‘lolos’. Untuk membedakannya, berikut akan aku kasih ilustrasi berupa cerita.

David dan Wahyu adalah siswa SMAN Umbulsari yang baru saja lulus tahun 2021. Kebetulan, mereka sama-sama mendaftar di jurusan dan perguruan tinggi yang sama melalui SNMPTN. Namun, yang membedakan adalah nilai rata-rata rapor mereka. Nilai rapor David rata-ratanya 86, sedangkan Wahyu 88.

Jurusan Manajemen di Universitas Gadjah Mada yang mereka pilih persaingannya sangat ketat. Dari 800 pendaftar di SNMPTN, daya tampungnya hanyalah 50 orang. Dari pendaftar sebanyak itu, nilai rata-rata rapor paling tinggi adalah 90, sedangkan yang terendah adalah 84.

Oleh karena itu, mau tidak mau panitia LTMPT bersama pihak UGM harus menyeleksi peserta dengan pertimbangan nilai rapor dan segala variabel lainnya yang sudah ditentukan bersama untuk menentukan siapa yang lolos. Dan pada akhirnya, walaupun nilai rata-rata rapor sebesar 86 bukanlah sesuatu yang jelek, David tidak lolos di jalur SNMPTN. Sedangkan Wahyu, yang mempunyai nilai sedikit lebih tinggi, berhasil lolos di jalur ini.

Wahyu berhasil terjaring dalam 50 orang teratas dari 800 pendaftar. Sedangkan David, berdasarkan rangkaian seleksi internal yang ada, berada di urutan 80 dari 800 pendaftar. Ya, berada di 100 besar. Namun, sayangnya daya tampung yang tersedia hanyalah 50 orang. Maka, David harus berjuang lagi di jalur masuk lainnya.

Kira-kira, begitulah gambaran realitas yang terjadi. Walaupun katakanlah nilaimu tergolong bagus di sekolah asalmu, tetapi jika masih kalah saing dengan peserta lainnya, peluang untuk tidak lolos akan tetap ada. Di ilustrasi tadi, saya menceritakan dua alumni baru yang mendaftar di jalur SNMPTN. Mungkin, akan muncul pertanyaan lagi, “Kalau seleksi di jalur lain bagaimana kak? Yang sifatnya tes, bukan nilai rapor? Apakah nilai rapor tetap memengaruhi?”

Nah, pertanyaan ini akan aku jawab di tulisan-tulisan berikutnya. Tentunya, informasi yang aku beri berdasarkan yang ada di um.ugm.ac.id dan pengalamanku sendiri. Dan memang, alangkah baiknya, selain dari blog ini, kamu juga wajib membaca segala info jalur masuk UGM yang ada di website resmi UGM itu sendiri. Silakan klik di sini.

Untuk mempertegas informasi dalam tulisan ini, aku tekankan bahwa di jalur SNMPTN, nilai rapor bukanlah variabel tunggal dalam menyeleksi para pendaftar. Masih ada prestasi yang kita lampirkan, dan juga portofolio sekolah yang tidak kalah memengaruhi. Jadi, hal-hal di luar kita seperti kualitas alumni sekolah asal yang ada di UGM dan prestasi serta akreditasi sekolah juga ikut andil dalam jalur SNMPTN.

Selain itu, lolos tidaknya seseorang melalui SNMPTN tergantung pendaftar atau pesaing lainnya. Jika nilaimu lebih bagus, peluang kamu untuk lolos akan semakin besar.

Sebagai tambahan gambaran, temanku ada yang tidak lolos jalur SNMPTN dengan nilai rata-rata raport 87 di UGM. Dia memilih jurusan Sosiologi di pilihan pertamanya. So, begitulah keketatannya.

Itu saja sih. Ada pertanyaan? Silakan tulis di kolom komentar!

Berapa Nilai Rapor untuk Masuk UGM? Berapa Nilai Rapor untuk Masuk UGM? Reviewed by David Aji Pangestu on 10/24/2020 07:29:00 AM Rating: 5

2 komentar:

  1. Kk jalur mandiri itu. Mksdnya ke mna?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seleksi yang diadakan oleh masing-masing Universitas, bukan dari LTMPT 😁

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.