Sad girl vector created by upklyak |
Setelah dua tahun lebih mengalami pandemi Covid-19, kita jadi lebih terbiasa mengurung diri di rumah untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan orang lain. Bagi saya yang sebelum pandemi jarang keluar rumah, hal tersebut tidak terlalu masalah. Toh, diam di rumah bukan sebuah petaka bagi saya sebagai individu. Satu-satunya kegiatan luring yang intensitasnya cukup tinggi adalah sekolah. Selain itu, cuma printilan kecil seperti rapat OSIS dan kegiatan ekstrakurikuler yang tidak penting-penting amat. Setidaknya bagi kantong saya. Haha.
Selain mengalami transisi hidup karena pandemi, saya juga merasakan transisi sekolah ke kuliah saat pandemi. Akibatnya, selama empat semester ini, saya belum pernah sama sekali mengikuti kelas kuliah secara luring. Sepertinya jika luring pun saya belum begitu siap. Baik secara finansial, mental, atau fisik. Sejauh ini itulah yang saya pikirkan.
Fast forward, selama beberapa minggu terakhir, saya lagi hectic menyiapkan materi untuk penyambutan mahasiswa baru di UGM yang diselenggarakan bulan Agustus nanti. Ya, beberapa bulan lagi, tetapi kesibukannya sudah berlangsung sejak beberapa bulan lalu.
Di samping itu, saya juga (sempat) magang di suatu perusahaan konsultan yang saya tinggalkan (resign) beberapa hari lalu. Alasannya sederhana, seperti hukum jual beli, jika apa apa yang kita keluarkan (uang, energi) tidak setimpal dengan apa yang kita dapat (produk, feedback), maka transaksi akan sulit terjadi. Dalam arti lain, orang tidak mau mengeluarkan uang untuk produk yang manfaatnya lebih rendah dari harga yang dibayar. Sama seperti magang yang sempat saya jalani, saya merasa tidak menerima sesuatu melebihi apa yang saya beri. Tidak sesuai ekspektasi.
Pasca resign tersebut, saya jadi bingung lagi. Bukan karena tidak tahu harus berbuat apa, tetapi bingung harus fokus ke mana dulu. Bisa saya akui, saya banyak maunya. Saya tahu beberapa hal, tetapi masih dangkal. Maka dari itu, sekarang sedang dilanda kebingungan.
Pada posisi ini, saya sadar kalau saya banyak tidak sadar. Tidak memiliki kesadaran penuh atas pilihan-pilihan yang saya buat setiap harinya. Pikiran saya terlalu sering terdistraksi sehingga jarang ada ruang untuk menyelami diri sendiri.
Ketika refleksi ini ditulis, saya sedang kurang enak badan. Maka dari itu, saya memutuskan untuk istirahat dalam beberapa hari ke depan. Kalau dipaksa untuk mengikuti kegiatan luring sebenarnya bisa, tetapi saya memilih untuk menarik diri terlebih dahulu. Memilih mengistirahatkan pikiran dan memahami diri dengan lebih matang.
Saya memilih untuk menarik diri, yang kata dosen Psikologi saya, bukanlah suatu keputusan yang mutlak salah. Keputusan menarik diri itu netral, karena terkadang kita membutuhkannya. Dengan garis bawah bahwa kita tetap bertanggung jawab terhadap atas semua yang kita jalani.
Menarik Diri dan Memahami Kesendirian
Reviewed by David Aji Pangestu
on
6/05/2022 11:17:00 PM
Rating:
Tidak ada komentar: