Fenomena per-joki-an di Indonesia itu bukanlah suatu hal baru. Keberadaannya pun bukan hal yang disembunyikan, tetapi seringkali malah dipromosikan secara terang-terangan. Mulai dari skala individu hingga skala bisnis (atau setidaknya komplotan, kalau tidak mau menyebutnya sindikat) yang membuat sistem per-joki-an makin rapi.
Di ranah akademik, kita sudah sering mendengar joki skripsi. Bagi mahasiswa, meskipun tidak pernah menggunakannya secara langsung, pasti tidak asing dengan joki satu ini. Intinya, mereka ‘membantu’ mahasiswa untuk mengerjakan skripsi. Baik joki per bab maupun terima beres mulai dari bab satu hingga siap presentasi hasil akhir.
Akan tetapi, saya nggak habis fikir ternyata hal yang sebenarnya nggak kepikiran ada jokinya, ternyata tetap saja ada. Joki ngurus administrasi kayak perpanjang STNK atau plat kendaraan bermotor okelah, ini sudah barang lama. Ternyata, ada joki yang lebih unik dan sangat update dengan kebijakan pemerintah, yaitu joki untuk bisa dapetin bantuan pemerintah berupa Program Kartu Prakerja!
Logo Program Kartu Prakerja |
Tahu Adanya Joki Prakerja karena Ibu Saya Jadi Korbannya
Saya pertama kali mengetahui adanya joki ini ketika email milik Ibu saya muncul notifikasi keamanan. Kalau tidak salah ingat, email tersebut akan digunakan Ibu saya mendaftarkan Program Kartu Prakerja (disingkat Prakerja). Oh, okelah. Nggak masalah. Ibu saya secara syarat dan ketentuan memang dibolehkan mendapatkan bantuan Prakerja, siapa tahu bisa dapat insentif dan pelatihan dari program tersebut.
Saya baru tahu kalau Ibu saya menggunakan joki setelah beliau menceritakannya lewat telepon beberapa minggu kemudian. Katanya, habis dapat duit sekian ratus dari Prakerja dan pendaftarannya dibantu sama Mbak Bunga sepupu saya (nama samaran). Dari situ saya cukup sebal karena pastinya Ibu saya nggak akan pernah daftar program semacam itu kalau tidak kena bujuk rayu. Ternyata, memang benar. Mbak Bunga adalah seorang joki Prakerja yang telah membujuk Ibu saya untuk menggunakan jasanya.
Setelah saya perhatikan dan telusuri, Mbak Bunga ini memang punya komunitas khusus yang kerjaannya jadi joki Prakerja. Biasanya, mereka ini akan membantu calon peserta mulai dari proses pendaftaran hingga mendapatkan insentif biaya mencari kerja sebesar Rp600.000 yang didapatkan satu kali. Tentu, karena ini sifatnya adalah ‘jasa’, maka nggak diberikan secara cuma-cuma. Para joki ini mendapatkan nominal Rp200.000 untuk setiap peserta yang berhasil mendapatkan insentif tersebut.
Setelah mengetahui hal tersebut, saya agak geram. Selain Ibu saya nggak tanya-tanya terlebih dahulu sebelum mendaftar, tentu alasan lainnya karena ulah para joki ini. Menyebalkan. Mereka sengaja menargetkan orang-orang gaptek agar bisa lolos Prakerja dan mengambil untung dari situ. Orang Indonesia memang kreatif dalam mencari keuntungan.
Menarget Masyarakat Menengah ke Bawah dengan Meminta Data Pribadi
Ya, sesuai penjelasan sebelumnya, mereka memang menargetkan orang-orang yang masih gaptek hanya sekadar untuk mengurus pendaftaran melalui website. Selain itu, sebagian dari mereka yang diprospek menjadi target adalah orang kelas menengah ke bawah yang tidak terlalu aware dengan masalah privasi data. Pasalnya, dalam proses pendaftaran tentu para joki ini meminta data diri lengkap termasuk KTP dan KK.
Selain geram karena Ibu sendiri jadi korbannya, saya jadi memiliki ketakutan bahwa data-data tersebut disalahkangunakan oleh para joki ini. Bayangkan, sudah dapat fee dari orang yang insentifnya mereka potong, para joki juga punya database se-abrek tentang data diri pelamar. Tidak terbayang jika ada joki kelewat nakal yang menggunakan data-data tersebut untuk kepentingan lain seperti pinjaman online (pinjol) atau transaksi tidak menguntungkan lainnya.
“Tapi kan pinjol perlu verifikasi wajah/selfie dengan KTP!”
Woy! Asal kalian tahu, ketika daftar Prakerja itu juga perlu verifikasi wajah. Selama ini, mereka meminta pelamar untuk login via smartphone masing-masing dan melakukan verifikasi wajah secara mandiri. Lalu, bagaimana jika tahapan ini informasinya dibelokkan oleh joki? Alih-alih verifikasi wajah secara mandiri, mereka malah meminta foto selfie memegang KTP dengan dalih kebutuhan Prakerja. Bisa saja, kan?
Sudah bisa ditebak jika itu benar-benar terjadi setelahnya. Alih-alih dapat menambah skill dan insentif untuk mencari kerja, para (calon) peserta Prakerja ini malah dihantui utang yang bukan diajukan oleh mereka sendiri. Jangankan menambah penghasilan, yang ada masyarakat kita malah tambah melarat.
Ngomongin masalah joki ini memang nggak ada habisnya. Intinya, pasti akan ada pihak-pihak yang dirugikan dan tentu pihak lainnya akan diuntungkan. Melalui joki Prakerja, kita jadi tahu bahwa orang Indonesia itu memang terlampau kreatif dan punya kecenderungan memakai jalan pintas untuk meraih sesuatu. Jangankan masalah receh kaum menengah ke bawah seperti Prakerja, urusan gelar akademik untuk jadi menteri aja ada jokinya!
Kita masih perlu bersabar entah berapa puluh tahun lagi agar program pemerintah bisa terserap dengan baik di masyarakat. Orang-orang di tingkat akar rumput sampai jajaran eksekutifnya tidak jauh beda: mencari keuntungan untuk diri sendiri.
Indonesia adalah Sarangnya Joki, dari Skripsi hingga Prakerja pun Ada Jokinya!
Reviewed by David Aji Pangestu
on
11/25/2024 12:53:00 PM
Rating:
Tidak ada komentar: