3 Cara Mudah Memulai Paragraf Pembuka dalam Tulisan
Photo by Finn Mund on Unsplash
Bagi penulis, menulis sebuah paragraf pembuka itu sangat menantang. Tak jarang, banyak penulis tidak jadi menulis karena bingung dalam menentukan paragraf pembuka.
Sedangkan bagi saya sendiri, selain menantang, menulis paragraf pembuka itu sekaligus menjadi penentu apakah pembaca akan meneruskan membaca tulisan kita atau tidak. Oleh karena itu, selain judul, paragraf pembuka itu mempunyai peran penting dalam sebuah tulisan.
Di tulisan ini saya akan membagikan 3 Cara Mudah Memulai Paragraf Pembuka dalam Tulisan. Harapannya dapat membantu penulis pemula dalam memulai sebuah paragraf pembuka.
1. Sajikan data/fenomena umum
Salah satu cara paling umum dalam memulai sebuah tulisan adalah dengan menyajikan data atau fenomena umum terkait topik yang akan dibahas.
Misalnya, ketika akan menulis tentang quarter life crisis, maka kita bisa mengawalinya dengan fenomena banyaknya pemuda yang mengalami kebingungan karir dan percintaan di usia 20-an. Kebingungan tersebut dapat menghambat produktivitas sehingga pemuda tersebut rawan mengalami overthinking.
Contoh lainnya adalah ketika ingin menuliskan tentang meningkatnya kejahatan jalanan di suatu daerah, kita dapat menyajikan data kriminalitas yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Tentu, data tersebut kita dapatkan melalui riset sederhana melalui sumber lain.
2. Awali dengan curhat tentang topik terkait
Cara lain untuk membuka sebuah tulisan adalah dengan menyelipkan curhatan pribadi. Hal ini cukup efektif jika menginginkan pembaca merasa relate dengan tulisan kita sejak kalimat pertama sekali pun.
Misalnya, ketika ingin membuat sebuah artikel tentang viralnya penjual es teh, kita dapat memulainya dengan perasaan beberapa hari terakhir terkait fenomena tersebut.
Beberapa hari terakhir, saya merasa geram dengan salah satu orang yang menyebut dirinya tokoh agama, tetapi mengolok-olok orang lain di depan umum. Ketika beredar video tokoh tersebut meminta ke orang yang telah ia hina, saya makin marah karena terlihat arogansi dan ketidaktulusan dari gesture yang diberikan.
Di atas adalah contoh membuka sebuah tulisan dengan sebuah curhatan. Namun, tidak sekadar curhatan, tulisan tersebut juga dapat menjadi pengantar atas fenonema yang akan dibahas dalam suatu tulisan.
Salah satu penekananketika memakai cara ini adalah kita dapat membuka sebuah tulisan dengan menyampaikan perasaan terkait topik yang akan dibahas.
3. Tulis apapun yang muncul dalam pikiran
Terkadang, ketika ingin menulis sebuah tulisan, saya sendiri pun juga kebingungan ketika menulis paragraf pembuka. Oleh karena itu, ketika terjadi hal semacam ini, saya hanya dapat menyarankan satu hal: tulis apapun yang muncul dalam pikiran.
Ya, betul. Alih-alih pusing karena memikirkan teknis penulisan ini itu, mending kita langsung tulis apapun yang muncul dalam pikiran.
Persetan dengan teknik umum — khusus, mengawali tulisan dengan curhat, atau apapun itu. Terkadang, kita tidak perlu teori muluk-muluk, tetapi hanya perlu menulis kalimat pertama saja.
Perihal ternyata paragraf pembuka yang sudah ditulis ternyata kurang memuaskan, kita bisa mengeditnya ketika tulisan sudah selesai. Terkadang, imperfection dapat membantu kita dalam menyelesaikan naskah.
Ketika tidak memikirkan bahwa tulisan harus sempurna, di situ otak kita akan berpikir secara bebas dan tangan kita mengetik dengan lancar.
Setidaknya, 3 hal tadi dapat menjadi referensi bersama terkait cara menulis paragraf pembuka. Di luaran sana, saya yakin masih banyak teknik yang bisa diterapkan. Namun, bagi penulis pemula seperti saya sendiri, terkadang sedikit teori lalu banyak praktik sangat dibutuhkan.
Pasalnya, menulis itu kemampuan praktis. Tidak bisa berkembang kalau hanya mengandalkan teori semata.
Posting Komentar