Hal-hal yang Perlu Diperbaiki Saat Melakukan Self-editing
![]() |
Photo by lilartsy on Unsplash |
Nah, self-editing merupakan tahapan yang sangat penting karena akan menentukan kualitas tulisan yang tersaji kepada pembaca. Kalau penulis mempunyai kemampuan self-editing yang bagus, maka akan semakin bagus juga tulisan yang akan dihasilkan.
Bagi seorang penulis pemula, proses self-editing sering terlewat. Kalaupun dilakukan, mungkin hanya ala kadarnya. Hal ini saya amati ketika tahap koreksi dalam kelas-kelas menulis yang pernah saya adakan. Entah itu kelas menulis esai maupun kelas menulis artikel.
Tulisan kali ini bisa menjadi pedoman singkat bagi Anda yang ingin belajar self-editing. Saya akan membagikan beberapa poin penting yang perlu diperbaiki ketika melakukan self-editing. Dengan ini, harapannya Anda akan menghasilkan tulisan dengan kualitas yang lebih bagus ke depannya.
1. Keselarasan alur tulisan
Saya masih sering menemukan tulisan penulis pemula yang alur tulisannya masih kurang jelas. Misalnya, di awal bilang mau menjawab pertanyaan tentang topik A, tetapi ternyata sampai paragraf terakhir pembahasan tentang topik tersebut tidak jadi poinutama. Memang ada, tetapi hanya sebagai formalitas.
Contoh lainnya adalah pembahasan yang terlalu melebar dengan keterkaitan topik bahasan yang kurang selaras. Umumnya, tulisan seperti ini menggunakan teknik free writing atau menulis bebas sehingga (hampir) semua ide yang ada ketika menulis bakal tercurahkan. Positifnya tulisan akan lebih cepat selesai, tetapi secara kualitas, jika tidak diiringi dengan pengecekan berulang, maka kualitas tulisan akan di bawah rata-rata.
Selain dapat diatasi dengan melakukan self-editing setelah menjadi tulisan utuh, hal lain yang dapat dilakukan adalah membuat outline tulisan. Dengan adanya outline, kerancuan dalam alur dapat lebih bisa diminimalisasi karena sebuah kerangka tulisan dapat mencegah sebuah tulisan keluar dari jalur atau membahas hal-hal yang tidak perlu.
2. Penggunaan tanda baca
Ini adalah hal sangat mendasar yang perlu diperbaiki saat melakukan self-editing. Pasalnya, terkadang seorang penulis khususnya yang masih pemula masih sering salah memberi tanda baca. Akibat yang terjadi adalah tulisan kurang enak dibaca atau malah sesak napas karena kalimat yang terlalu panjang.
Selain itu, ada juga penulis yang membuat kalimat tanya, tetapi tidak diakhiri dengan tanda tanya. Efeknya, jika seseorang membaca tulisan tersebut, maka akan geleng-geleng karena terjadi ambiguitas terkait maksud dari kalimat tersebut.
Solusinya adalah ketika melakukan self-editing, terkadang kita juga perlu membaca nyaring tulisan yang kita baca. Cara ini dilakukan agar kita bisa yakin terkait ritme tulisan yang telah kita buat. Tentu, kita perlu berpedoman pada EYD V agar penggunaan tanda baca pada tulisan lebih presisi.
Anda bisa belajar tentang EYD V melalui tautan ini.
3. Pengulangan kata yang tidak perlu
Saya tahu bahwa poin ini cukup sulit. Sampai sekarang pun, masih cukup sering melakukan pengulangan kata pada kalimat yang saya tulis, khususnya kata "yang", "saya", serta "dan". Namun, karena saya menyadari bahwa pengulangan kata merupakan sesuatu yang perlu dihindari ketika menulis, maka self-editing pada poin ini cukup saya prioritaskan.
Kita bisa mengatasi kesalahan pada poin ini dengan latihan sederhana. Misalnya, ketika bermain media sosial atau chatting dengan teman, bisa kita biasakan untuk menulis kalimat dengan efektif; tanpa pengulangan kata yang tidak perlu dan straight to the point. Berdasarkan pengalaman pribadi dan rekan sesama penulis, latihan sederhana melalui pembiasaan ini cukup efektif.
4. Paragraf pembuka yang tidak menarik pembaca
Saya paham bahwa setiap penulis itu punya ciri khas dalam tersendiri dalam tulisannya. Namun, se-autentik apapun Anda, upayakan paragraf pembuka itu bisa menarik pembaca agar betah untuk lanjut ke paragraf-paragraf berikutnya. Bagaimana caranya? dengan menyajikan paragraf pembuka yang berisi informasi umum terkait topik yang dibahas maupun sedikit cerita pengalaman pribadi yang relate dengan pembaca.
Beberapa saya temui penulis pemula membuka tulisannya dengan kaku dan terburu-buru. Alhasil, pembaca awam pun kebingungan dalam mengetahui konteks dalam tulisan. Paragraf pembuka yang tidak menyajikan konteks yang jelas sama dengan mengusir pembaca untuk buru-buru skip tulisan kita.
5. Isi tulisan yang menggantung
Ini sebenarnya masih berkaitan dengan poin pertama, yaitu keselarasan alur tulisan.
Pada dasarnya, alasan umum seseorang membaca sebuah tulisan itu ingin memecahkan masalah tertentu. Dengan membaca tulisan Anda, maka orang tersebut ingin mendapatkan solusi dari masalah X. Namun, ternyata solusi dari masalah X tidak dijelaskan secara clear hingga akhir tulisan. Padahal, paragraf awal dan judul menjanjikan adanya solusi dari masalah X. Nah, hal semacam ini merupakan salah satu ciri tulisan yang menggantung.
Solusinya, kita perlu komitmen dari tujuan awal ketika mulai menulis. Kalau judul dan paragraf pembuka menjanjikan alternatif solusi dari masalah X, maka kita perlu benar-benar menyajikan alternatif solusi dalam tulisan. Jangan sampai pembaca kecewa karena telah membaca tulisan yang 'tidak ada isinya'.
Lima hal di atas merupakan beberapa poin penting dalam tulisan yang perlu diperbaiki ketika proses self-editing. Meskipun begitu, tidak menutup kemungkinan terdapat hal-hal yang sebenarnya bisa untuk diperbaiki. Namun, semoga catatan dalam tulisan ini bisa bermanfaat untuk Anda sehingga kualitas tulisan yang dimiliki dapat terus meningkat.
Posting Komentar