Lolos CPNS dalam Satu Kali Percobaan, Kok Bisa?

Daftar Isi
Photo by Dylan Gillis on Unsplash

Sebagai seorang muslim, saya mengimani bahwa rezeki itu sudah tertakar, tidak akan tertukar. Sekeras apapun saya berusaha, jika bukan rezekinya, maka hasilnya akan melenceng dari harapan. Namun, meskipun dengan effort yang tidak sekeras lainnya, jika memang sudah rezeki, maka semua akan berjalan sesuai harapan: lancar, tanpa hambatan berarti.

Hal ini saya rasakan dalam proses rekrutmen Calon Aparatur Sipil Negara (CASN) yang diadakan oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN) tahun 2024. Sejak mempersiapkan berkas di akhir Agustus 2024, saya tidak merasa terjadi hambatan berarti. Contohnya ketika banyak orang kesulitan dalam melakukan pembubuhan e-meterai, saya lancar-lancar saja. Kalau dibilang persiapan sangat matang, tidak juga. Saya hanya melakukan persiapan seperti biasa, hal-hal umum yang biasa dilakukan saat mendaftar pekerjaan lainnya.

Memilih Formasi Sesuai Keinginan Hati

Di saat banyak konten yang menjelaskan strategi memilih formasi, saya tidak terlalu tertarik karena merasa konten semacam itu sangat subjektif. Orang lain bisa memberi strategi, tetapi banyak pertimbangan lain yang perlu digali dalam sendiri. Jadi, alih-alih hanyut dalam konten semacam itu, saya lebih banyak bertanya dalam hati, "Pekerjaan seperti apa yang saya inginkan jika berhasil menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) nanti?".

Dari pertanyaan refleksi semacam itu, saya jadi lebih tahu hal-hal yang perlu diprioritaskan. Misalnya, tidak menjadikan variabel rentang gaji sebagai penentu utama. Saya melihat lebih dalam institusi yang akan dilamar, mulai visi dan misi yang dimiliki, persepsi yang dimiliki oleh masyarakat, hingga jarak yang tidak terlalu jauh dari rumah.

Sebagai generasi yang tumbuh di era teknologi (sekaligus orang yang suka otak-atik tampilan website), saya juga memasukkan variabel UI/UX instansi sebagai pertimbangan. Entah berapa besar korelasinya dengan kualitas pelayanan yang dimiliki instansi, saya punya asumsi bahwa instistusi yang memiliki website user friendly menandakan pelayanan yang diberikan lebih optimal dan terdapat staf khusus yang bertanggung jawab dalam mengelolanya.

Dari beberapa hal tersebut, secara otomatis saya tidak mendaftar suatu formasi dalam rekrutmen CASN hanya karena kuotanya lebih banyak. Hal yang terjadi justru pada akhirnya saya memilih instansi yang kuotanya lebih sedikit karena lebih banyak memenuhi beberapa kriteria sebelumnya.

3 Langkah Sederhana yang Saya Lakukan

Barangkali ada yang berpikiran bahwa saya dimudahkan dan dilancarkan dalam proses rekrutmen CASN karena mempunyai keluarga yang sudah menjadi PNS. Namun, dugaan tersebut sepenuhnya salah. Faktanya, bahkan saya satu-satunya yang berhasil tamat SMA dan S-1/Sarjana di keluarga. Jadi, chance saya 'dibantu' oleh keluarga sangatlah kecil.

Jadi, bisa disimpulkan semua informasi tentang PNS saya cari sendiri. Mulai definisi umumnya, cara daftar, hingga berkas-berkas yang perlu disiapkan. Lalu, apa yang saya lakukan sehingga bisa dimudahkan dalam proses rekrutmen CASN?

Pertama, mencari tahu gambaran besar tentang proses rekrutmen jauh-jauh hari. Hal ini saya lakukan agar tidak gelagapan ketika ada persyaratan yang belum dipenuhi. Selain itu, secara mental, hal ini dapat membuat saya lebih tenang.

Kedua, membuat jadwal belajar dan memilih sumber belajar yang tepat. Kombinasi keduanya menjadi penting karena salah satunya tidak terpenuhi, maka hasil yang didapatkan tidak dapat maksimal.

Ketiga, konsisten dengan rencana atau target yang dibuat. Ini masih berkaitan dengan poin sebelumnya. Kalau sudah membuat jadwal belajar, maka perlu konsisten untuk mematahui jadwal yang ada. Kalau pun ada kondisi mendesak yang tidak memungkinkan, bisa segera diganti di hari lain. Tidak ada kesempatan untuk terlalu lunak pada target.

Kesimpulan

Pada akhirnya, saya tidak benar-benar dapat menjawab pertanyaan dalam judul artikel ini. Kalau secara teknis, sudah saya jelaskan tentang tiga hal yang saya lakukan; mencari tahu gambaran besar, membuat jadwal dan memilih sumber belajar, dan konsisten dengan rencana atau target.

Akan tetapi, sekadar tiga poin tadi tidaklah cukup. Ada orang tua yang mendoaka,n ada orang-orang terdekat yang memberi dukungan, hingga ada penghasilan dari pekerjaan sekarang yang dapat menopang semua persiapan yang membutuhkan (sedikit) kemampuan finansial.

Tidak ada faktor tunggal dalam pengalam saya ini. Bisa jadi murni usaha sendiri sehingga bisa lolos, tetapi bisa juga karena doa orang tua atau sedang hoki saja. Namun, jika kamu sedang merencanakan sesuatu, kamu tidak bisa hanya bergantung pada doa dan hoki. Kita perlu tegas pada diri sendiri: mengusahakan semuanya semaksimal mungkin.

Posting Komentar