3 Langkah Mudah Membuat Outline Tulisan

Daftar Isi

 Membuat outline itu tidak asal tulis, melainkan butuh riset mendalam

Pada tulisan sebelumnya, saya sudah menulis tentang alasan perlunya membuat outline sebelum menulis. Intinya, outline dapat membantu kita agar lebih efektif dan efisien dalam menulis. 

Tulisan kali ini akan membahas langkah-langkah yang biasa saya lakukan ketika membuat outline. Langkah sederhana agar kamu bisa lebih membuat outline sesuai yang diharapkan: membantu mempermudah proses menulis.

Berikut 3 langkah mudah dalam membuat outline. Langkah praktis ini lebih cocok untuk tulisan pendek seperti artikel maupun esai. Namun, bisa kamu kembangkan untuk menulis buku ratusan halaman.

1. Analisis tema tulisan

Sebelum menulis, tentu kita punya tema besar yang menjadi ide awal sebuah tulisan. Namun, sekadar tahu tentang suatu tema saja tidak cukup. Kita perlu menganalisis lebih dalam agar outline yang kita buat tidak menyesatkan.

Contohnya ketika menulis esai dengan tema Quarter Life Crisis, saya mendalami terlebih definisi dari istilah ini, sejarah perkembangannya, dan tokoh-tokoh yang mempopulerkan.

“Sumber apa yang bisa digunakan dalam proses mendalami sebuah tema?”

Sumber apapun, yang terpenting bisa kita akses dengan mudah. Entah itu buku yang ada di rak, mesin pencari seperti Google, maupun mesin pencari khusus referensi akademik seperti Google Scholar.

Kita juga bisa diskusi dengan teman atau orang terdekat yang mempunyai pengalaman atau pengetahuan terkait tema tersebut. Terkadang, pendalaman dengan cara ini malah membuat ide-ide fresh berkeliaran di kepala.

2. Tentukan judul tulisan

Setelah menganalisis tema yang ada, biasanya saya akan membuat daftar judul. Hal ini agar ide-ide utama yang akan ditulis bisa lebih terarah dan tidak terlalu membuang waktu untuk ide yang tidak sesuai dengan tema.

Memang, bagi sebagian penulis, tahap ini bisa mengundang perdebatan. Pasalnya, ada sebagian penulis yang menentukan judul ketika tulisan sudah selesai. Namun, saya sendiri merasa nyaman dan efektif ketika judul ditentukan di awal.

Pilih judul tulisan yang sekiranya dapat memunculkan ide-ide liar yang masih berkaitan dengan tema. Proses ini memang memerlukan waktu dan seringkali membutuhkan riset ulang.

3. Memasukkan ide-ide utama dalam struktur pembuka, isi, dan penutup

Setelah judul sudah kita tentukan, selanjutnya perlu menulis ide-ide yang bermunculan terlebih dahulu. Pada tahap awal, pertimbangkan ide-ide liar tetap ditulis di secarik kertas, tetapi usahakan tetap sesuai dengan judul.

Setelah itu, kita bisa memasukkan ide-ide yang sesuai pada struktur tulisan yaitu pembuka, isi, dan penutup. Dalam prosesnya, kita perlu mengorganisir ide-ide yang ada agar paragraf yang ditulis bisa terkoneksi dengan baik. Dalam kata lain, kita perlu memikirkan bridging atau penghubung antar ide agar outline bisa ‘bekerja’ secara maksimal.

Setelah tahap ini selesai, outline sudah rampung dikerjakan dan sudah dapat digunakan untuk menjadi pedoman dalam proses menulis.

Meskipun begitu, kadangkala ada saja ide yang terlewat ketika proses membuat outline dan baru kepikiran ketika menulis. Jika terjadi seperti ini, boleh dipertimbangkan untuk memasukkan ide baru tersebut asalkan tidak memerlukan penyesuaian besar pada outline yang sudah dibuat.

Pasalnya, jika memerlukan penyesuaian besar, itu sama artinya dengan membuat tulisan yang (hampir) sepenuhnya baru. Kalau ide yang bisa menyebabkan efek semacam ini, lebih baik simpan dulu untuk modal membuat outline tulisan lainnya.

Posting Komentar