Strategi Menyelesaikan Naskah Buku Nonfiksi dalam 30 Hari
![]() |
Photo by Kaitlyn Baker on Unsplash |
Dulu saya menganggap menerbitkan buku sendiri itu adalah sesuatu yang amat mustahil. Jadi, saya hanya membayangkan suatu saat nanti mempunyai kemampuan super dan menyelesaikan satu buku. Ternyata, tidak perlu kekuatan super untuk menjadi penulis buku. Dalam waktu tiga puluh hari sekalipun, seseorang dapat menyelesaikan naskah bukunya sendiri.
Nah, tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi dalam menyelesaikan buku Saat Kita Mulai Dewasa (SKMD). Buku tersebut saya tulis di akhir Februari lalu dan sudah dikirim ke penerbit sekitar 25 Maret 2025. Artinya, buku tersebut sebenarnya dapat saya selesaikan tidak sampai 30 hari, hanya sekitar 25 hari. Bagaimana cara saya melakukannya?
Mengenal Dua Pendekatan dalam Proses Penulisan Buku
Sebelum menjawab pertanyaan terkait cara menyelesaikan satu naskah buku dalam 30 hari, saya akan menjelaskan dua pendekatan yang saya gunakan dalam menulis buku. Tentu, ini berdasarkan pengalaman pribadi menyelesaikan naskah nonfiksi. Jadi, kalau ada pendekatan lain yang tidak dijelaskan di sini, mohon dimaklumi. Keterbatan pengalaman.
Singkatnya, ‘pendekatan’ yang dimaksud di sini adalah cara saya pilih dalam menyelesaikan buku. Jadi, bisa dibilang tahapan-tahapan yang biasanya saya lakukan dalam menyelesaikan suatu naskah. Nah, terkait ini, sesuai sub-judul, terbagi menjadi dua pendekatan.
Pertama, pendekatan tulisan tersambung. Sederhananya, nanti pembaca harus membaca buku tersebut secara berurutan dari bab pertama, bab kedua, dan bab seterusnya. Jika tidak dibaca secara berurutan, pembaca akan kehilangan konteks. Nah, dalam menulis buku seperti ini, kita harus mempunyai napas yang panjang. Soalnya, setiap babnya harus berkaitan secara langsung dan dapat membuat pembaca penasaran untuk membaca bab-bab berikutnya.
Lalu, pendekatan kedua, pendekatan tulisan terpisah. Jadi, nantinya pembabaca tidak harus membaca bab yang ada tidak harus berurutan. Jika misalnya ada 20 bab, maka pembaca bisa membaca buku tersebut mulai dari bab 11, bab 19, bab 5, atau bab mana pun yang judulnya ia suka. Dalam menulis buku semacam ini, kita tidak perlu napas yang panjang dalam menulis. Artinya, kita hanya perlu fokus menyelesaikan satu bab tertentu asalkan bab-bab lainnya nanti masih jadi satu tema yang berkaitan.
Dalam tulisan ini, pendekatan yang saya pilih adalah yang kedua, yaitu pendekatan tulisan terpisah. Meskipun tulisan tersambung juga bisa diselesaikan dalam waktu 30 hari, buku dengan tulisan terpisah lebih mudah diselesaikan oleh penulis pemula karena hanya perlu memfokuskan diri untuk menyelesaikan bab tertentu tanpa benar-benar membuat bridging antar bab.
Studi Kasus Buku Saat Kita Mulai Dewasa
Nah, dalam menjelaskan strategi menyelesaikan naskah dalam 30 hari, saya akan memakai buku SKMD. Alasannya karena memang buku tersebut adalah kumpulan esai dan tentu aja memakai pendekatan tulisan terpisah. Selain itu, buku tersebut belum lama terbit sehingga proses yang saya lalui masih terbayang dengan jelas.
Tahapan pertama dalam membuat buku dengan pendekatan ini adalah memikirkan tema spesifik yang akan diangkat. Dalam definisi saya, tema adalah sebuah ide besar yang nantinya dapat memuat topik-topik kecil di dalamnya. Uniknya, buku SKMD memiliki tiga tema besar, yaitu keluarga, negara (politik/pemerintahan), dan tetangga (sosial). Jadi, saya bisa bebas menulis esai dari tiga tema tersebut, tetapi saya batasi dengan konteks, “hal-hal yang perlu orang lain pahami terkait tiga tema tersebut di usia dewasa”.
Jika tiga tema tersebut sudah dibatasi oleh kalimat terentu, maka yang terjadi sebenarnya adalah saya sedang membuat sebuah premis untuk buku tersebut. Singkatnya, premis dalam konteks ini adalah satu kalimat singkat yang dapat menggambarkan isi buku. Idealnya, setiap buku perlu memiliki premis agar dapat dengan mudah menjelaskan ke (calon), “sebenarnya ini buku tentang apa sih?”
Setelah menentukan tema dan premis, tahap kedua adalah melakukan riset lanjutan terkait tema yang telah dipilih. Mengapa saya sebut riset lanjutan? Karena pada dasarnya, ketika memilih sebuah tema, kita sudah melakukan riset awal. Baik dari segi pasar, maupun gambaran topik yang bisa diangkat. Nah, riset lanjutan dalam tahap ini berfungsi agar kita benar-benar mempunyai gambaran matang tentang bahasan-bahasan yang dapat ditulis dalam buku.
Tahap selanjutnya adalah membuat daftar rencana judul. Benar, saya membuat daftar judul dalam buku saya sedari awal. Soalnya, sesuai judul tulisan ini, kita hanya punya waktu 30 hari untuk menyelesaikan satu naskah. Jadi, agar kita dapat konsisten menulis setiap hari, kita harus punya ide judul dari awal.
Tips yang saya lakukan dalam tahapan ini adalah dengan membuat file berbeda untuk setiap judul. Jadi, ketika menulis, kita bisa fokus untuk menyelesaikan satu judul saja. Baru ketika semua judul sudah ditulis, tulisan-tulisan tersebut baru kita satukan dalam satu (compiling).
Setelah membuat daftar judul, tentu kita perlu menyelesaikan setiap judul yang sudah kita rancang. Jika dalam 30 hari ingin menyelesaikan 30 judul, berati satu hari perlu menyelesaikan satu tulisan. Kalau tidak genap 30 judul, maka buatlah target minimal kata setiap harinya.
Sebagai contoh, buku SKMD memiliki 21 judul. Awalnya, saya memang ingin menyelesaikan dalam 21 hari. Sayangnya, saya terkendala di tengah jalan karena sempat tidak enak badan. Jadinya, saya menyesuaikan target yang awalnya menulis minimal 600 kata per hari, jadi 800 kata per hari. Efeknya, dalam beberapa hari, saya sempat menyelesaikan lebih dari satu judul dalam sehari. Target selesai naskah tetap tereleasisasi tidak jauh dari target semula.
Tantangan dalam Menyelesaikan Naskah
Ya, sebenarnya, secara teknis, menyelesaikan naskah dalam waktu 30 hari tidaklah sulit. Tahapannya sudah saya jelaskan di bagian sebelumnya. Sayangnya, meskipun sudah tahu langkahnya, tidak semua orang bisa berkomitmen menulis dalam 30 hari (atau berapapun waktu yang kamu targetkan).
“Bagaimana agar bisa konsisten menulis sehingga bisa menyelesaikan satu naskah buku?”
Jawabannya memang beragam, tergantung cara kita melihat profesi penulis itu sendiri dan buku yang akan diterbitkan. Namun, bagi saya, alasan bisa konsisten menyelesaikan naskah SKMD karena hal-hal yang ada di dalam buku tersebut memang perlu segera disampaikan. Baik untuk kepuasan batin, maupun kebermanfataan untuk orang. Soalnya, kalau ditunda, biasanya semangat tersebut bisa luntur. Saya menyebutnya sudah kehilangan momen.
Sedangkan faktor eksternal yang membuat saya bisa menulis secara konsisten salah satunya adalah adanya komunitas menulis. Baik komunitas penulis dari penulis lain yang saya ikuti maupun komunitas menulis yang saya bentuk melalui program 21-Day Writing Challenges (komunitas musiman). Dengan adanya komunitas, semangat bisa terjaga karena ada orang lain yang juga berjuang dalam hal serupa. Bagi saya, komunitas adalah imunitas terbaik.
Kesimpulan
Menyelesaikan satu naskah buku dalam waktu 30 hari atau kurang bukanlah hal yang mustahil. Bahkan, bagi penulis profesional, ini merupakan hal biasa. Ketika membaca salah satu karya Ahmad Rifa’I Rif’an, saya menemukan fakta bahwa beliau pernah menyelesaikan satu naskah buku dalam waktu sekitar satu minggu saja. Tidak heran kalau karyanya sampai sekarang sudah ratusan judul.
Akan tetapi, bagi penulis pemula seperti kita, tentu satu minggu masih jadi waktu mustahil untuk menyelesaikan satu naskah buku. Namun, kalau 30 hari, masih sangat mungkin. Kuncinya adalah mengetahui strategi paling cocok untuk diri sendiri dan berkomitmen untuk menyelesaikan naskah sesuai target yang sudah ditentukan di awal.
Tak lupa, adanya komunitas merupakan hal penting bagi penulis. Agar semangat tidak mudah terombang-ambing dan ‘tidak tersesat’ untuk menempuh jalan sebagai penulis. Memang bukan komunitas, tetapi silakan bergabun ke Grup WhatsApp Belajar Menulis (jika belum). Saya akan banyak membagikan informasi dan tips bermanfaat secara gratis melalui grup. Sesekali ada webinar, kelas, atau program berbayar dengan harga terjangkau yang bisa kamu ikuti.
Posting Komentar