Seporsi Mie Ayam yang Membuat Kita Banyak Refleksi
Table of Contents
Pertama, saya cukup suka mie ayam. Saya bilang cukup suka, karena memang belum dalam tahap fanatik. Ya, setidaknya, dalam seminggu saya makan mie ayam 1-2 kali. Kadang juga lebih kalau lagi malas makan nasi.
Jadi, judul novel ini cukup menarik. Bisa saja suatu hari saya menghadapi hidup yang amat berat, tetapi tidak jadi menyerah karena menyantap mie ayam akan lebih nikmat daripada meratapi hidup.
Kedua, beberapa bookstagram yang saya kenal seperti Paperinside.me dan Tisa Journals sudah membaca serta mengulas buku ini. Rasanya, jadi FOMO buat ikutan baca. Thanks ya buat para bookstagram. Mungkin Indonesia Emas salah satunya karena kalian. #Eaeaeaea.
Ketiga, si penulis, Brian Khrisna, jadi CPNS di tahun ini. Artinya, se-angkatan sama saya. Sebagai seorang CPNS dan penulis (pemula), rasanya saya ingin mengikuti jejak beliau agar bisa menelurkan karya yang disukai lebih banyak pembaca. Semoga, ya.
Setidaknya, tiga alasan tersebut membuat saya membaca buku ini di penghujung tahun 2025.
Ini Novel Apa?
Banyak orang yang memberi review positif tentang buku ini. Tapi, kebanyakan dari mereka (setidaknya yang sudah saya baca), sifatnya reflektif. Jadi, saya sungguh sedikit gambaran alur cerita ketika memutuskan untuk membeli buku ini.
Saya baru baca sinopsis ketika buku sudah sampai di indekos. Oh, gini kira-kira alur ceritanya.
Jadi, saya sebenarnya membaca buku ini cukup minim ekspektasi dan pengin menikmati saja alur yang diberikan oleh penulis. Benar-benar ingin menikmati sebuah karya, selayaknya menyantap mie ayam yang nggak perlu banyak mikir.
Apresiasi
Saya sangat mengapresiasi sang penulis, Brian Khrisna karena dapat menghadirkan sebuah novel yang ternyata memang berdasarkan cerita-cerita orang terdekat yang mengalami depresi. Tak heran, penggambaran tokoh utama dalam menjalani dan menghadapi keresahannya terlihat cukup nyata dan natural. Ini isu yang sangat dekat dengan kita.
Di paruh pertama novel ini, saya ikut hanyut dalam cerita. Ikut 'bingung' atas jalan hidup yang dilalui oleh tokoh utama. Kehidupan yang terlihat 'lucu' dan serba darderdor, tapi kalau dijalani ternyata ya sangat berat juga. Semangat, Bang Ale.
Mungkin, bagi orang yang mengalami hal serupa seperti dialami tokoh utama, novel ini pasti bikin mewek dan tidak menutup kemungkinan dapat 'membuka lama'. Bagi pembaca tulisan ini yang merasakan hal tersebut, semoga kamu makin kuat dan terus survive ya!
Hmm
Saya akui, ini adalah novel yang bagus. Saya sangat menikmati alur cerita yang ada. Tipe novel yang isi ceritanya terpampang nyata dalam judul, tetapi tetap memiliki sebuah alur yang tidak terduga-duga.
Sayangnya, alur yang bagus itu seperti hanya berhenti di sekitar 60-70 persen cerita. Menuju ending, saya merasa novel ini seperti diburu-buru untuk disudahi. Ada banyak hal yang masih jadi tanda tanya bagi saya sebagai pembaca, tetapi ternyata tidak ada penjelasan sampai akhir halaman.
Padahal, konflik di awal hingga pertengahan cerita cukup tegang. Namun, menuju ending, seperti ketegangan tersebut tiba-tiba hilang dan cerita hanya berfokus pada si tokoh utama.
Meskipun begitu, novel ini sangat layak untuk dinikmati. Buktinya, novel ini akan diadaptasi menjadi film dan saat tulisan ini dibuat, sedang diadakan casting untuk pemeran film-nya. Kalau berminat untuk meminang novel ini, bisa beli di sini.
