Bacaan yang Menyadarkan: Lakukanlah Sekarang!
Table of Contents
Semenjak tinggal di Malang, saya sudah sangat jarang membaca buku. Entah karena memang tidak menyempatkan saja, atau kesibukan baru sebagai CPNS yang membuat habits lama belum ter-internalisasi.
Nah, sekitar seminggu yang lalu, saya mulai menyempatkan kembali untuk membaca setiap hari. Bak otot yang sudah pernah dilatih, ternyata memang tidak sulit bagi saya untuk membangun kebiasaan membaca. Meski tidak se-agresif dulu. Baca pelan, resapi, praktikkan.
Tenggelam dalam Dunia Maya
Beberapa bulan terakhir, meski secara finansial saya sudah lebih stabil, hal tersebut tidak membuat saya lebih tenang. Ada saja hal yang membuat saya gusar. Salah satunya kebimbangan yang pernah saya ceritakan di tulisan ini dan beberapa hal lagi. Ada apa dengan diri saya, ya?
Rasanya, hidup saya sedikit lebih berantakan. Saya kerap bangun kesiangan karena tidur terlalu larut malam. cucian seringkali menumpuk, hingga untuk menyisihkan waktu menanak nasi saja, saya kerap tidak bisa. Apakah menjadi CPNS secapek itu? Apakah beban kerja membuat saya perlu penyesuaian lebih?
Ternyata, tidak.
Saya hanya terlalu sering hanyut bahkan tenggelam di dunia maya. Saya menonton film terlalu lama, scrolling media sosial untuk mencari hal yang tak perlu, hingga memaksakan mata untuk terus terjaga demi sebuah permainan video.
Akibat aktivitas-aktivitas yang berlebihan itu, saya jadi kurang hidup di masa kini. Saya sangat jarang menyadari kesadaran diri sendiri. Saya hidup dari hari ke hari seperti mayat yang tidak punya kesadaran penuh. Saya hanya menjalani kesadaran penuh.
Bacaan yang Menyadarkan
![]() |
The 15 Invaluable Laws of Growth oleh John C. Maxwell |
Disebabkan hidup yang terasa semakin gusar, saya berpikir, sepertinya memang perlu menengok diri sendiri, salah satunya melalui aktivitas membaca. Pada latihan otot membaca pertama setelah sekian lama ini, saya menyempatkan diri mengunjungi karya John C. Maxwell berjudul The 15 Invaluable Laws of Growth.
Padahal, sebenarnya saya sudah agak malas membaca buku self-improvement. Tapi, setelah membaca beberapa halaman, ternyata rasa malas tersebut tidak terlalu beralasan. Kalaupun ada, misal isi buku topik ini yang itu-itu aja, sebenarnya adalah dalih saya menutupi kekurangan diri yang seringkali tersibak ketika membaca buku semacam ini.
Setelah beberapa puluh halaman, akhirnya saya merasa bisa berbenah dikit demi sedikit. Dan salah satu mantra yang berhasil saya tangkap adalah mengucapkan dalam hati ketika banyak kesempatan, "lakukanlah sekarang!"
Efek Samping
Meski terkadang masih tertatih-tatih untuk membenahi diri, sekarang saya merasa jauh lebih baik. Cucian memang kadang masih numpuk, kamar kadang masih berantakan, tetapi hal-hal tersebut bisa atasi lebih cepat.
Misalnya, perihal piring kotor, kadang saya menunda mencuci di hari yang sama dan membiarkan piring tersebut melewati jam malam hingga pagi hari dengan keadaan kotor. Alhasil, saya kadang malah malas untuk sekadar menanak nasi karena piring dan seperangkatnya masih dalam kondisi kotor.
Dengan mantra baru, yaitu "lakukanlah sekarang!", saya sudah tidak menunda-nunda lagi. Saya jadi semakin sadar bahwa kalau kita menunda, dalam arti sedang 'menjual' masa depan kita. Entah itu waktu, uang, hingga mood yang seharusnya bisa lebih baik jika kita melakukan hal yang perlu dilakukan sekarang.
Kesimpulan
Tulisan ini sebenarnya hanyalah sebuah refleksi harian. Kalau hidup kita kurang bahagia, terasa kosong, bisa jadi kita sedang tidak hidup di masa kini. Mengandalkan kita di masa depan, tetapi tidak menyelesaikan hal yang harus dikerjakan sekarang. Aneh.
Posting Komentar